Laman

Rabu, 01 Desember 2010

sekilas tentang BTS

Menyikap Seluk Beluk BTS



Sempurna tidaknya sinyak yang diperoleh sebuah ponsel sangat tergantung dengan BTS. Namun, seperti apa sebenarnya cara kerja sebuah BTS?

Bila anda sedang berada di kota-kota besar, semacam Jakarta atau Surabaya Jamak terlihat pemandangan sebuah tower menjulang dan dilengkapi dengan perangkat-perangkat berbentuk piringan, atau benda berbentuk kotak. Terkadang, tower-tower semacam ity tegak berdampingan. Benda serupa, kadang bisa dijumpai juga saat anda berkendara ke luar kota.

Tower seperti itu adalah bagian dari sebuah BTS (base transceiver station). Istilah BTS sendiri sebenarnya sudah menjadi istilah umum bagi pelanggan selular. Baik pelanggan GSM maupun CDMA. Sebab memang BTS-lah komponen jaringan GSM yang pertama kali koneksi dengan ponsel anda.

BTS sendiri sebenarnya terdiri dari tiga bagian utama. Yakni, tower, shelter dan feeder. Dari ketiga komponen utama itu, towerlah yang paling jelas terlihat. Di bawah tower, biasanya ada sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3 x 3 meter. Inilah yang disebut shelter. Di dalam terdapat berbagai combiner, module per carrier, core module (module ini(, power supply, fan (kipas) pendingin, dan AC / DC converter.

Seluruh perangkat dalam shelter BTS tidak ubahnya seperti rak-rak besi, atau malah lebih mirip lemari pendingin. Rak besi ini disebut juga sebagai BTS equipment (BTSE). Untuk mentenagai perangkat tadi rata-rata diperlukan range antara 500 sampai 1500 watt, tergantung module dan hadrware yang digunakan.

BTS hanyalah salah satu bagian dari seluruh rangkaian proses pengiriman sinyal, yang sebenarnya juga terdiri dari tiga komponen utama. Takni BBS, SSS dan intelligent network. BTS sendiri termasuk dalam komponen BSS (Base Station Subsystem). Selain BTS, dalam BSS juga dikenal BSC (Base Station Controler), dimana dalam alur sistem, beberapa BTS ditangai oleh satu BSC –umumnya satu BSC menangani sekitar 200 BTS.

Adapun komponen SSS (Switching Subsystem), mencakup kombinasi berbagai perangkat seperti MSC (mobile service Switching Center), HLR (Home Location Register), dan VLR (Visitor Location Register). Alur sistem informasi yang terdapat pada komponen BSS, dapat dilihat dalam gambar sistem jaringan GSM.

Alur Sistem BSS
Alur jaringan bisa diilustrasikan sebagai berikut: Pertama terpancar data atau sinyal dari ponsel yang diterima oleh antena (cell), dimana data atau sinyal tersebut dipancarkan lewat udara dalam area converage cell BTS. Kedua data atau sinyal yang diterima antena disampaikan melalui feeder (kabel antena), yang selanjutnya diolah dalam modul-modul hardware dan software BTS. Setelah itu tercipta output data yang diteruskan ke rangkaian luar BTS, yakni BSC. Untuk menghubungkan transmisi antara BTS dan BSC dipergunakan microwave.

“Microwave dipergunakan untuk menggantikan perang fungsi kabel, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable atau fiber opric. Namun baik microwave dan fiber optic memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” papar Hendarmin, technical instrction ICM Training Center Siemens. Kelebihan microwave ialah infrastruktur yang dibangun lebih murah. Sedang kekurangan microwave kapasitas lebih rendah, kualitas bisa lebih buruk jika terjadi gangguan di udara. Lalu alternatif lain fiber optic, dengan kelebihan kapasitas lebih besar (fisik lebih kecil) ditunjang kualitas data lebih baik.

Kelemahan fiber optic adalah investasinya lebih mahal, sebab memerlukan penggalian tanah atau laut. Excelcom merupakan operator yang mempopulerkan penggunaan fiber optic guna mendukung transmisi, istilah yang dulu dikenal dengan teknologi Connetrix. Selain ity microwave juga dapat dipergunakan untuk mendukung koneksi dari BSC ke TRAU (Transcoder and Rate Adaption Unit), atau dari TRAU ke MSC. Proses alur tadi juga bisa berjalan dari arah sebaliknya. TRAU merupakan jalur penghubung dari BSC ke komponen SSS. Selain sebagai penghubung, TRAU berfungsi untuk mengkompresi traffic channel GSM. Sedang untuk kebutuhan channel GPRS tidak dipergunakan komponen TRAU.

Jenis dan Kelas BTS
Dalam istilah BTS juga dikenal berbagai pembagian kelas. Semisal untuk penempatan BTS, dibagi kedalam kelas indoor dan outdoor. BTS indoor mempunyai spesifikasi desain yang lebih ramping atau simpel, dan relatif lebih awet karena ditempatkan di dalam ruangan. Namun BTS indoor juga memiliki kelemahan pada penempatan ruangan tersendiri yang harus dilengkapi AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Rentang suhu yang dapat diterima komponen BTS antaa -5 hingg 55 derajat celcius. Umumnya perangkat BTS ini yang terdapat di dalam shelter dan mall-mall.

Selain itu terdapat BTS outdoor yang mempunyai spesifikasi tidak memerlukan ruangan khusus. Dapat ditempatkan pada dinding (wall mounted), terowongan, dan pinggir jalan. Sifatnya yang lebih fleksibel, tapi punya kelemahan desain yang lebih besar dan berat. Perbedaan biasanya hanya pada rack, tapi isi module-nya hampir sama dengan BTS indoor.

Menurut Hendarmin, kemampuan BTS juga dipengaruhi kapasitas yang tersedia. Kapasitas dalam hal ini menyangkut daya tampung Trx (Tranceiver) atau frekuensi. Biasanya dalam satu tower BTS terdiri dari 3 cell. Jika 1 cell memiliki 3 Trx, dimana 1 Trx tersebut memiliki 8 time slot. Artinya time slot inilah yang digunakan oleh subscriber atau pelanggan untuk melakukan komunikasi selular. Dari 8 time slot, 1 time slot khusus digunakan untuk signaling yang berfungsi untuk membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya tujuh time slot biasa digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi satu cell yang memiliki tiga Trx (3 x 8 slot) – 1 time slot, artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan komunikasi oleh 23 pelanggan secara bersamaan. Singkatnya 69 percakapan suara dapat di cover bersamaan oleh 1 tower BTS dengan 3 cell yang ada.

Hubungan Antara Cell dan Converage
Cell dalam BTS mempunyai kaitan erat dengan converage (area layanan). Besar kecilnya cell tentu berpengaruh pada performa jaringan yang diterima oleh pelanggan. Penyediaan cell pun tidak terlepas dari faktor kontur permukaan bumi. Seperti tanah lapang, pegunungan dan daerah gedung bertingkat mempunyai pengaruh tersendiri dalam pemasangan cell BTS. Berikut ini dijelaskan beberapa tipe cell, dan luas converage yang mampu dicakup.

Macro cell – jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50 meter. Ciri macro cell yakni memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan converage lebih luas. Umumnya macro cell banyak ditempatkan di daerah pinggiran kota yang mempunyai kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai bagi pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro cell mempunyai jangkauan hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya beroperasi hingga 20 km saja. Ini disebabkan adanya halangan-halangan yang mengganggu penetrasi signal.

Micro cell – jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di sela-sela pojok gedung. Macro cell dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan kepadatan tinggi, namun bermobilitas rendah. Ciri micro cell yakni converage nya kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah. Biasanya antenanya cukup dipasang di plafon atau langit-langit suatu ruangan, ada juga tanpa antena alias ditempel pada dinding. Micro cell sendiri dibagi ke dalam micro cell standar, pico cell, dan nano cell. Maksimum micro cell mempunyai jangkauan antara 500 meter hingga 1 km.

sambaran petir ke bumi

Ada tiga jenis sambaran petir, yaitu sambaran petir di dalam awan, sambaran petir antar awan dan sambaran petir ke bumi. Ketiga jenis sambaran petir ini tentu memiliki efek yang berbahaya. Namun jika ditinjau dari jumlah kerugian yang diakibatkan, maka sambaran petir ke bumi ini harus lebih diperhitungkan, karena bahaya yang ditimbulkan lebih banyak. Diantara bahaya yang disebabkan oleh sambaran petir ke bumi :
A. Sambaran Langsung
1. Petir menyambar struktur tinggi seperti BTS.
2. Petir menyambar saluran transmisi SUTET dan SUTT.
3. Petir menyambar gedung bertingkat.
4. Petir menyambar pohon-pohon yang menjulang tinggi.
5. Petir menyambar kilang minyak.
6. Petir menyambar antena radio dan antena TV.
7. Petir menyambar manusia di ruang terbuka [lapangan golf, lapangan terbang, sawah].
B. Sambaran Tidak Langsung
1. Induksi petir pada jaringan listrik tegangan menengah 20 kV.
2. Induksi petir pada jaringan listrik tegangan rendah 220 Volt.
3. Induksi petir pada saluran telepon.
4. Induksi petir pada jaringan internet.
Karena memiliki pengaruh yang sangat membahayakan, maka pada peralatan-peralatan tersebut diberi peralatan proteksi terhadap sambaran petir yang umum disebut sistem proteksi petir (SPP).
Sedangkan perlindungan pada manusia yang bisa dilakukan yaitu dengan segera menghindarkan diri dari lapangan terbuka pada saat kondisi mendung, saat kilat mulai terlihat di sekitar daerah tersebut. Juga disarankan untuk tidak menggunakan perlengakapan yang menempel pada bagian tubuh dari jenis metal [logam]. Diantaranya jam tangan dari logam, cincin, stik golf, cangkul, sabit, karena benda-benda metal ini yang memulai terjadinya induksi sehingga petir lebih mudah menyambar.
Demikian sekilas info, semoga bermanfaat.

penangkal petir BTS

Beberapa waktu yang lalu, Nopember 2008, hujan lebat disertai petir yang menggelegar bersahut-sahutan terjadi di Semarang sekitarnya, dan ini mungkin masih akan terjadi diwaktu mendatang. Akibat dari kejadian ini, jaringan listrik padam dan beberapa piranti elektronik mengalami kerusakan seperti jaringan internet dan perlengkapan komputer. Aktifitas yang seharusnya bisa dikerjakan, sementara waktu semua tertunda, karena listrik padam. Hampir setiap kali ada hujan disertai sambaran petir, jaringan listrik akan padam, meskipun tidak selalu.
bts-towerSetelah suplai listrik kembali normal, sangat disayangkan ternyata jaringan internet masih mati, tampaknya hub dan modem terbakar. Kerusakan lain misalnya batere leptop tidak bisa menyimpan energi dengan maksimal, peralatan elektronik yang bekerja sebagai kendali tidak bisa bekerja. Berita lain dalam media yang sama disebutkan seorang ibu dan anaknya tewas tersambar petir pada saat memperbaiki atap rumah pada saat hujan disertai petir.
Struktur Tinggi
Begitu besar bahaya yang ditimbulkan akibat adanya sambaran petir ini, sehingga masyarakat perlu waspada dan hati-hati pada saat terjadi hujan disertai petir, apalagi bagi masyarakat yang tinggal berada di bawah atau di sekitar menara BTS (base tranceiver station).
Hal ini, karena secara umum petir akan lebih suka menyambar bagian-bagian di permukaan bumi yang memiliki struktur tinggi (gedung-gedung tinggi, tower BTS, menara transmisi tegangan tinggi) dan lebih suka memilih struktur yang terbuat dari material konduktif (metal).
Membaca tulisan Anies, “Problem Menara BTS di Perkotaan” (Suara Merdeka, 6 November 2008) pada bagian awal disebutkan bahwa tower BTS telah menjadi problem perkotaan dengan isu yang dikemukakan adanya efek negatif gelombang elektromagnetik. Namun pada bagian akhir diberikan pernyataan agar masyarakat yang berada di bawah atau di sekitar menara BTS tidak perlu cemas, sebab tidak akan mengganggu kesehatan.
Dengan adanya pernyataan tersebut, secara langsung telah menjawab bahwa problem utama menara BTS bukanlah radiasi yang dipancarkan.
Bukan Penangkal Petir
Justru problem utama kehadiran tower BTS di sekitar pemukiman penduduk adalah sambaran petir yang mengenainya. Jika terdapat sejumlah awan bermuatan dengan medan statis yang cukup untuk terjadi petir, maka obyek yang pertama kali dikenai sambaran petir yaitu tower BTS, karena memiliki struktur yang menjulang tinggi dan terbuat dari bahan logam. Praktis jumlah sambaran petir di sekitar tower BTS akan meningkat, bukannya berkurang, sehingga apabila dipasang logam lancip di ujung tower, bukan penangkal petir namanya, namun lebih tepat sebagai pemancing / pemanggil petir.
Memang secara teoritis, mestinya tinggal di bawah atau di sekitar tower BTS akan aman, karena tidak dikenai sambaran petir langsung. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Whitehead yang menyatakan obyek yang berada dalam radius kurang dari 2h1.09 dari menara akan aman dari sambaran petir langsung (J.G. Anderson,1987). Daerah yang terletak dalam radius itu disebut dengan lebar bayang-bayang listrik. Jadi apabila ada tower BTS setinggi 70 m, maka obyek yang berada dalam radius 205,2 m mestinya aman.
Sekadar untuk diketahui, bahwa Indonesia memiliki 200 hari guruh, jika dibandingkan dengan USA 100 hari, Brasil 140 hari dan Afrika 60 hari. Bahkan pernah tercatat dalam Guinness Book of Records pada tahun 1988 dengan jumlah 322 petir per tahun di Daerah Cibinong Jawa Barat. Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika tahun 2005, untuk Semarang sekitarnya memiliki kerapatan 121 petir per tahun. Besar medan listrik minimal yang dihasilkan oleh petir bisa mencapai 1 Mega Volt per meter. Sehingga bisa dibayangkan, apa yang terjadi jika sambaran petir mengenai tower BTS ataupun struktur tinggi lainnya pada arus maksimum secara berulang-ulang.
Grounding System
Pihak pemilik tower BTS, tentu sudah mengetahui dan memperhitungkan bahaya yang diakibatkan oleh sambaran petir ini, sehingga untuk mengantisipasi adanya kenaikan tegangan yang sangat tinggi secara tiba-tiba karena petir, tower BTS telah dilengkapi dengan sistem penyalur arus petir (grounding system) dan peralatan proteksi yang disebut arrester.
Jika kondisi sistem pengetanahan tidak baik, misalnya di daerah bebatuan, hal ini dapat menyebabkan nilai resistansi tinggi. Maka tegangan akibat sambaran petir yang melewati sistem pengetanahan akan semakin tinggi. Efek medan listrik yang timbul akibat adanya sambaran petir pada tower BTS akan semakin besar sehingga dapat merusak piranti elektronik, jaringan kabel telekomunikasi, jaringan data, dan keselamatan manusia yang ada di sekitarnya.
Tindakan Preventif
Terhadap adanya ancaman bahaya yang diakibatkan sambaran petir pada tower BTS, masyarakat perlu mengetahuinya, agar tindakan preventif dapat segera dilakukan. Beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan memasang sistem penyalur arus petir (grounding system) di atas rumah, memasang peralatan pelindung akibat tegangan impuls petir (arrester) pada piranti-piranti elektronik yang menggunakan suplai tegangan rendah.
Untuk keperluan keamanan dan kenyamanan, maka nilai resistansi sistem penyalur arus petir harus diukur dan nilai resistansinya diusahakan kurang dari 1 Ohm dan untuk piranti elektronik harus dipasang arrester. Kalau secara teknis, sistem penyalur arus petir ke tanah ini sudah memenuhi syarat, masyarakat di bawah ataupun yang berada di sekitar menara boleh tidur tenang. Petir biar saja menyambar tower BTS, tapi arus sudah diberikan jalur untuk langsung menuju ke tanah.

pemasangan BTS untuk wilayah yang maju

BTS untuk Wilayah yang Maju

Rabu, 29 April 2009 | 13:41 WIB

Yogyakarta, Kompas - Pendirian menara base transceiver station untuk memperkuat jaringan telekomunikasi sangat tergantung pada kondisi daerah. PT Telkom selaku perusahaan penyedia jasa telekomunikasi cenderung membangun BTS di daerah yang perekonomiannya lebih maju.
General Manager Telkom Yogyakarta Nyoto Priyono menuturkan, pembangunan BTS diprioritaskan di daerah yang memang perlu. Selain faktor jumlah penduduk sebagai pengguna layanan telekomunikasi, kegiatan ekonomi di daerah tersebut menjadi bahan pertimbangan. "Dengan pertimbangan semacam itu, saat ini jaringan telekomunikasi dari Telkom telah menyebar ke sebagian besar wilayah di DIY dan Kedu," katanya, Selasa (28/4).
Namun, prioritas semacam itu membuat sejumlah kawasan tidak terjangkau sinyal Telkom. Menurut Nyoto, Gunung Kidul merupakan salah satu wilayah dengan titik blank spot yang cukup banyak. "Kalau di permukiman, semua relatif sudah ada jaringannya. Tapi, daerah selatan seperti di Pantai Sadeng memang belum tersentuh," ujarnya.
Kawasan Permukiman
Saat ini, di Gunung Kidul, Telkom telah memiliki sembilan BTS di kawasan permukiman. BTS-BTS tersebut dinilai telah menjangkau masyarakat yang membutuhkan layanan telekomunikasi.
Nyoto menuturkan, tahun ini Telkom akan membangun 30 BTS baru. Semuanya akan dibangun di daerah perkotaan dan pusat perekonomian. "Lalu lintas telekomunikasi di kota sangat tinggi sehingga perlu BTS tambahan agar kualitasnya lebih bagus," tuturnya.
Khusus untuk kawasan selatan Gunung Kidul, lanjut Nyoto, jumlah penduduk dan kegiatan perekonomiannya masih minim. Apalagi, kondisi medan yang berbukit-bukit membuat biaya pemasangan BTS lebih tinggi.
Pemasangan BTS di daerah datar membutuhkan biaya sekitar Rp 4 miliar. Namun, untuk memasang BTS di Sadeng, Telkom membutuhkan biaya hingga empat kali lipat karena harus banyak memasang pemancar agar sinyal bisa melewati bukit.
Nyoto menambahkan, pembangunan BTS di kawasan selatan juga terkendala masalah listrik. Sampai saat ini belum semua wilayah dilewati jaringan listrik.
Secara terpisah, Asisten Muda Hukum dan Humas PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Yogyakarta FP Koesno mengatakan, di Gunung Kidul ada beberapa dusun yang belum mendapat pasokan listrik. Jika ingin memasang BTS, perusahaan seperti Telkom bisa menggunakan generator set. Namun, biayanya akan dua kali lipat lebih mahal dibandingkan listrik PLN. "Tahun ini tidak ada rencana pengembangan jaringan listrik. Tapi, ke depan pasti ada. Cuma kami belum bisa memastikan waktunya," katanya. (ARA)